Petikan berikut merupakan perbahasan Achmad Chojim mengenai perjalanan hidup manusia bagi meraikan hidup berdasarkan cinta. Beliau mengajak kita untuk beragama secara terbuka bukannya secara misteri. Saya petik dari buku
Rahsia Sepuluh Malam: Rayakan Hidup Dengan Penuh Cinta, terbitan PT Serambi Ilmu Semesta, Jakarta, 2006, halaman 162 hingga 163.
"Dunia dan akhirat itu bagaikan timbangan. Kalau dalam bahasa kimia, dunia dan akhirat itu dalam keseimbangan. Artinya, kalau kita menginginkan hasil di seberang sana besar, maka kita harus berjuang keras untuk menghasilkan pabrik kehidupan yang besar dan berkualitas unggul pula di sini. Dan, pabrik kehidupan saat ini adalah bumi dan lingkungannya yang kitra huni sekarang ini. Kita sekarang melakukan proses pembikinan, dan output, atau hasilnya kita peroleh nanti.
"Bumi sebagai pabrik kehidupan jangan dirusak. Ini yang maksud "jangan melupakan nasibmu di dunia". Merusak bumi sama dengan merusak tempat tinggal kita, merusak lingkungan hidup kita. Lalu, bagaimana kita dapat meraih masa depan bila kita merusak lingkungan hidup kita? Bagaimana kita dapat berjalan bila kita lumpuhkan kaki kita sendiri?
"Bila buminya rusak kita pun tidak dapat beramal kebajikan. Bila tanahnya kita rusak, kita pun tidak dapat berharap bahawa benih yang kita tanam akan dapat tumbuh dengan baik. Benih itu bahkan akan tumbuh merana, dan mati.
"Untuk mencari tempat tinggal di akhirat, kita harus terus-menerus memelihara dan menyelamatkan bumi. Kita wajib
hamemayu hayuning bawana. Yang dalam konsep Jawa ungkapan tersebut lebih terperinci menjadi mampu
memayu harjaning sasama, harjaning praja lan harjaning bawana. Artinya, kita sebagai manusia--baik secara individual maupun kolektif--harus dapat membangun kebajikan untuk keselamatan bersama, keselamatan pemerintahan, maupun keselamatan bumi itu sendiri.
"Itu semua tidak akan terjadi bilamana kita tidak berzuhud. Dengan kata lain, keselamatan dunia akan terwujud bila kita tidak berfoya-foya, bermegah-megah di dunia ini. Dengan berzuhud kita bekerja keras untuk menciptakan kesejahteraan lahir dan batin di bumi ini, baik secara individual maupun bersama-sama.
"Tetapi, begitu kita saling menyombongkan diri, saling bermegah-megahan, maka akan terjadi eksploitasi terhadap bangsa maupun sesama manusia. Jika ini yang terjadi, maka perdamaian dunia tidak akan terwujud. Mengapa?Karena, akan selalu ada pihak-pihak yang dirugikan. Akan terjadi ketimpangan ekonomi, baik antar individu maupun antar negara. Dan, hal ini dapat memicu terjadinya kecemburuan sosial atau pemberontakan."
NotaKita boleh renungkan bersama kebenaran petikan ini. Saya tidak bercadang menyesuaikan bahasa Indonesia ini ke bahasa Malaysia kerana saya takut akan merosakkan keindahan dan nalar bahasa pengarang. Selamat berfikir dan memikirkan.
No comments:
Post a Comment